Kamis, 17 November 2016

Selamat Datang 54 Tahun untuk Ibuk



Hai ibuku yang selalu cantik walau tanpa make up,
Selamat datang di angka 54 tahun, angka yang akan terus menambah diangka dan semakin membentuk ibu lebih hebat dari sebelumnya.
Hari ini adalah pertama kalinya anakmu tidak mengecup pipi secara langsung dan memelukmu sembari mengucapkan banyak doa baik. Tentu saja ibuk adalah nama pertama yang ada di kepala saya, yang saya doakan di percakapan saya dengan Allah, yang saya doakan kesehatannya selalu terjaga..agar terus menerus menemani saya, adik, dan bapak. 

Hari ini saya mengucapkan banyak doa baik melalui telepon. Mendengarkan suara ibuk yang biasanya pukul 06.20 sudah selesai menyelesaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga lalu menyantap roti dengan teh hangat, sebelum bekerja ke kantor.

Buk,
Terima kasih.
Karena sedari saya kecil, ibu secara tidak langsung memperkenalkan saya bagaimana saya harus menerima duka layaknya menerima suka.  
Hidup saya sedang banyak ditimpa disini buk..
Oleh karena itu jika saya menyempatkan waktu bertelepon dengan ibuk, saya pasti berkata: 
" Doakan  agar dikuatkan dan dilancarkan"- karena menurut saya jika berdoa untuk meminta dimudahkan, kapan saya akan naik level kehidupan?  
Hidup selalu punya masa membenturmu akan semakin terbentuk.
Bukankah begitu?
 

Tapi yang saya selalu ingat, pikiran saya selalu kembali ke masa kecil saya. 
Dimana saya memang sudah akrab dengan kondisi seperti ini:
Tentang perayaan jatuh dan bangkit seorang diri.
Tentang menerima duka haruslah seperti kita menerima suka.
 
 Mereka adalah sebagian dari bentuk yang terlihat dari perayaan jatuh dan bangkit.
 Saya memulai mengikuti perlombaan semenjak saya TK besar.  Pertama kali mendapat juara saat TK besar adalah masuk nominasi 5 besar mewarnai terbaik (bawah level juara harapan) ya kalo ditotal sama jumlah juara waktu itu ya saya juara 9 ( karena saya peringkat nominasi 3 ).
Dapat sertifikat saja. Perlombaan di Bank Arta Graha. Hahaha saya masih selalu ingat itu.
Dan piala pertama saya dapatkan saat saya kelas 2 SD. Saya lomba mewarnai di suatu swalayan. Mendapatan piala juara 2.

Mungkin saat saya kecil, saya tidak terlalu mengerti dan tidak bisa memberikan kalimat yang pas untuk apa yang saya lakukan. Hanya mengerti karena saya suka dan saya bahagia menjalani.
Sampai saya mengerti semakin bertambahnya usia saya, bahwa masa itu adalah masa berjuang. Masa saya berproses menjadi individu yang akan semakin tangguh. Disaat anak-anak seusia saya menikmati film kartun di rumah, saya memilih untuk ikut lomba. Kalo kalah? ya coba terus.
Sepele mungkin.
 Hanya mengikuti perlombaan. Tapi itu merupakan salah satu masa hebat menurut saya.
 Perlombaan mengajarkan saya tentang menerima jatuh ,karena saya ini sering kalah.Dan merayakan bangkit lagi- sedari-kecil.
 Saya juga bukan anak yang ikut les. Saya mempelajarinya semua sendiri. Dari melihat dan mencoba. Saya yang selalu ingin mencoba terus menerus setiap minggunya untuk mengikuti perlombaan. 
Bukan ibu yang meminta saya untuk lomba.  
Terima kasih ya bu, sudah menyediakan uang untuk mendaftarkan saya diperlombaan, padahal anakmu ini banyak kalahnya saat itu.
 
Dunia mewarnai menggambar adalah dunia seni pertama yang saya ikuti dengan konsep perlombaan.
Ini hasil mewarnai dan menggambar saya, yang masih ada di rumah. Diabadikan oleh bapak, kata bapak ini sebagai pengingat saya tentang makna berjuang:

Dari yang sering kalah dan tidak dilihat oleh lawan, sampai akhirnya saya menjadi salah satu 'orang pribumi' yang diperhitungkan dalam perlombaan. Karena masa itu, perlombaan mewarnai menggambar banyak sekali di dominasi oleh anak-anak Cina. Anak pribumi yang mengikuti lomba ini bisa sekali dihitung dengan jemari dan hanya saya anak pribumi yang tidak mengikuti les ( karena ibu saya saat menunggu saya lomba, biasanya juga menanyakan kepada ibu-ibu pribumi lain tentang," putrinya/ putranya les dimana?" atau juga seringnya ibu saya mendengar ibu-ibu yang terlalu membanggakan anaknya)
Ibu saya tidak memasukkan saya ke sanggar les bukan karena biaya. Tapi agar saya benar-benar belajar,ditimpa oleh semesta. Dan saya rasakan benar dampak itu hingga membentuk karakter tersendiri dalam diri saya. 

Buk,
Terimakasih karena tak pernah mematahkan semangat saya.
Sampai akhirnya di kelas 6 SD saya bisa menang juara 2 dan mendapatkan uang satu juta lalu saya belikan sepeda pink harga 700.000 di barito. Sepedanya masih bisa dipakai karena saya beli sepeda ukuran orang dewasa. Masih ada di rumah walau beberapa bagian sudah berkarat.
 
Yang masih saya ingat juga:
Saat kelas 4 SD saya ingin sekali mengikuti lomba baca puisi di salah satu makanan cepat saji di kota saya. Dimana tempat tersebut sangatlah jauh dari tempat saya tinggal.Saya tinggal di Semarang bagian bawah dan tempat itu di Semarang bagian atas. Jika berkendara dengan motor bisa 30 menit perjalanan.
Karena kedua orang tua saya bekerja, saya akhirnya naik bis lengkap dengan dress selutut warna hijau. Sepulang dari perlombaan baca puisi itu,saya membawa piala berplakat juara dua.
 
Terimakasih selalu menjadi sosok yang sabar ya buk.
Sabarmu berlanjut sembari membebaskan saya mencoba ke bidang seni lain.
Dari baca puisi,karawitan,teater,menjadi lakon di film pendek,menyanyi,sampai menjadi komandan terbaik pasukan pengibar bendera dan apalagi ya hehe...
 
Yang jelas saya berani mencoba karena ibu yang selalu meyakinkan saya bahwasanya saya mampu. 
Sampai saya berprinsip saat saya berada di posisi yang belum saya ketahui dan saat saya sudah mencoba tapi gagal: Coba dulu dan coba lagi.
 
Kelak, saat saya menjadi ibu saya ingin menerapkan ini untuk jagoan kecil saya. Agar mengerti benar makna berproses dan berjuang dari kecil. Entah nanti masanya dalam bentuk apa.
Agar mengerti bahwa hidup harus bisa menerima duka layaknya kita menerima suka dari Pencipta, karena membaik-baikan diri saat kondisi sedang tidak berpihak itu sangat perlu 'dilatih'. Agar kita mengerti  bahwa hidup tak selamanya tentang apa yang kita rencanakan dan mengimani betul bahwa manusia hanyalah bagian yang bisa merencanakan dan mengupayakan. Untuk hasil? selain campur tangan kita sebagai manusia tentunya juga ada campur tangan Tuhan di dalamnya.
Karena kita hidup di dunia yang isinya bukan hanya 'tentang saya' semata. Yang tidak jarang pula akan menghadapkan kita pada sesuatu yang berbeda dan rasa kecewa. 
Yang harus berani dinikmati dengan cara bijaksana.
Lalu-lari-lagi.
 Dan kita sebagai manusia juga harus mampu bertahan di posisi sulit.
Hidup harus dihadapi dengan ketangguhan ( entah dalam perjalanannya akan membenturmu seperti apa, entah harus berapa kali kamu menangis. Yang harus diingat:  jangan pernah patah)
 
 Sejak SD saya selalu bilang sama ibuk untuk  pergi ke luar negeri. Kata ibuk," Kamu boleh ke luar negeri tapi pakai prestasi "- dan dijawab Tuhan. Saya berkesempatan mengikuti lomba paduan suara di China dan Itali.

Dengan keisengan ikut ekskul teater waktu SMA dan ternyata langsung seleksi untuk perlombaan teater se Jateng- DIY, saya terpilih menjadi pemeran utama. Ga tau juga dasarnya apa kepilih karena saya pun juga belum pernah bermain peran sebelumnya. Ini pengalaman pertama untuk saya. Proses belajarnya yang sangat menguras pikiran, hati, dan tenaga. Karena? jika saat latihan ada adegan yang tidak sesuai sama pelatih saya, mau sudah adegan yang hampir selesaipun, kalo jelek ya diulang dari pertama. Adegan awal.
Apalagi waktu itu saya menjadi pemeran utama yang karakternya banyak sedihnya, sedangkan saya anaknya ceria begini. Sampai yang saya masih ingat karena saya sering ga dapat feel sedih, pelatih saya sampai bilang: " Sedihnya kamu waktu kehilangan barang sama sedih lihat orang yang kamu sayang meninggal itu beda kan?Cara mengekspresikan sedih itu macam-macam. Bedakan feelnya"
 Dan saat kompetisi di Solo, alhamdullillah saya terpilih menjadi pemeran puteri terbaik. Ibu saya sempat terharu saat menonton saya berteater apalagi tau bentuk pialanya seperti piala panasonic award HAHAHA. Karena saya ini kalo nonton TV ajang penganugerahan gitu, suka ngayal kapan ya dapat piala yang ada sayapnya itu. Eh pas lomba ini ternyata pialanya seperti yang saya impikan.
Ini foto ketika saya menjadi ketua kontingen paduan suara ke Itali. Selesai konser pamit.
Terima kasih ya buk untuk omelan-omelan dan pengertiannya ketika saya berkeputusan untuk mengambil posisi ketua. Yang ternyata benar-benar membentuk saya.

Buk,
Masih banyak hari-hari kedepan yang sedang saya perjuangkan. Di kota yang baru ini, saya menapaki babak baru kehidupan. Berproses untuk benar-benar hidup diatas kaki saya sendiri. Oleh karena itu buk, sehat selalu agar ibuk bisa menemani saya melalui bekal doa dari ibuk. Karena ibuk adalah alasan saya untuk menjadi pribadi yang selalu tangguh. Alasan dari berjuang saya untuk menjadi kakak panutan untuk adik dan anak yang membanggakan untuk bapak dan ibuk.
Saya selalu berproses untuk itu buk.
 

Buk,
Selamat datang diumur baru.
Saya mencintaimu, sungguh. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar