Rabu, 11 Februari 2015

Ijinkan (tetap) Terbang

Matahari menuju ke perindukannya dengan langkah pasti.Menelusup lalu berganti dengan suasana yang baru lagi.
Untuk nasib percintaan,seharusnya saya ingin seperti matahari itu setelah berhasil melupakan yang lalu dan memulai lagi untuk memunculkan suasana baru.

Tapi sayang,justru saya layaknya balon udara semenjak mengenalmu.

Rasa ini seperti layaknya balon udara.Terisi helium layaknya terisi harapan.Terbang layaknya rasa bahagia saat percakapan kita membumbung di angkasa ataupun saat mendengarkan ayat suci alquran yang kau bacakan di kala subuh menampakkan dirinya.

Tapi sialnya,terbang ini tak selamanya bahagia.Tak selamanya semuanya membuat saya tersenyum.Ada kalanya terbang yang tak menentu.Seperti saat tak sengaja ada namamu yang muncul di notifikasi chat salah satu teman dekat saya.

Iya,saya sudah menduga jika kamu dan dia mungkin memiliki rasa.
Tapi saya tak berani membenarkan apa yang ada di kepala saya.Asumsi saya.
Karena mungkin itu sama saja bunuh diri.Membunuh perasaan saya yang masih setengah matang ini.

Tapi saat saya melihat sendiri ada namamu,memang rasanya tak karuan.
Seperti ada bom atom yang meledak.Meluruhkan setiap asa dan ingatan yang beralamatkan namamu.

Jadi bersama sedikit asa yang masih tersisa,ijinkan saya tetap seperti balon udara.
Terbang.
Walau tak mengerti akan berujung kemana.

Jikalau suatu saat helium habis dan harus jatuh,semoga rasa sakitnya tak terlalu sakit sehingga saya berani untuk memulai lagi walau bukan denganmu.

Yang saya yakini,rasa ini diberi atas persetujuan Tuhan dan tak pernah salah.
Bukankah begitu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar