Rabu, 12 November 2014

Dear Bapak Hitam Cina Sunda

Halo bapakku yang pulang kerja pukul lima sore dan kini sedang menghabiskan kopi buatan anak sulungnya ini di ruang tengah.

Selamat hari ayah,wahai bapak hitam cina sundaku.Terimakasih sudah menjadi sosok yang bersedia saya cintai  dengan cara saya walaupun saya jarang mengungkapkan.
Pak,terimakasih sudah menjadi sosok yang selalu saya kagumi.Yang mendidik saya dengan keras namun saya tau maksutmu selalu baik.Kau hanya menginginkan anak perempuanmu ini tangguhkan?:)
Terimakasih karena selalu menjadi rekan yang seru untuk beli sepatu boots.
Rekan yang memainkan gitar putih dan aku menyanyi lagu yang kau ciptakan.

Bapak yang keras namun tetaplah sosok yang hangat.
Bapak yang selalu menginginkan full team kumpul berempat menikmati weekend bersama.
Bapak yang suka cemburu bila saya ada kegiatan disaat beliau menginginkan saya ikut di acara keluarga lalu memberi saya toleransi (karena bagaimanapun sesungguhnya saya pun bersedih pak jika tidak bisa ikut.Tapi harus bagaimana lagi)
Darimu saya belajar arti keluarga.

Terimakasih pak,darimu saya belajar pula untuk mendengarkan suara hati dan peka ternadap semesta.
Sosok yang bisa diajak diskusi dengan memberi nasihat yang tak memposisikan diriku anakmu.Sosok yang bisa bilang saya salah disaat saya memang salah,rumah untuk suatu pertanyaan,dan menguatkan saya atas suatu keputusan.
Sosok yang selalu memgajarkan saya bersyukur.Berteman dengan siapapapun sebagai salah satu cara belajar bersyukur.

Sosok yang selalu mengingatkan bahwasanya untuk cita-cita besar harus ada usaha diseimbangi doa.

Pesan saya pak,di usiamu sekarang ayolah mengurangi rokok.Saya sedih saat waktu lalu kau sempat sakit pak.Mendengarkan batukmu rasanya menyedihkan.Jadi,sayangi lagi tubuhmu ya pak.


Oiya pak,sampai kapanpun cintai kami dengan caramu yang baik itu.
Aku,ibu,dan adik mencintai dan bangga memilikimu.
Tertanda
Anak sulungmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar