Selasa, 18 Februari 2014

Kepada Gadis Berkerudungku

Dia gadis yang ku kenal semenjak bangku SMP.Pertama kali masuk di kelas 7c
kami dua perempuan berkacamata yang akhirnya menjadi rekan satu bangku.
dia gadis putih dan tinggi,berwajah terkesan galak padahal tidak.
dia gadis yang pertama kali membaca tulisanku yang kunamai 'novel'versiku dimana bertulis tangan di buku garis lengkap dengan cerita yang menceritakan tentang Paris yang kubuat entah dengan alasan apa.

kami berkawan akrab
Aku memplakati ini sahabat
Masih jelas terngiang bagaimana kita si dua gadis berseragam SMP yang selalu duduk di depan warung untuk menunggu bis damri sampai-sampai kondektur bis hapal dengan kami.

masa SMA,kami berpisah.
dia bersekolah di sebelah sekolahku.
Dengan jadwalnya yang tentunya beda dan belum lagi program akselerasi yang ia tempuh,rutinitas bertemu menjadi berkurang dari biasanya.
tapi kami selalu menyempatkan bertemu.
Entah aku ke rumahnya tiba-tiba atau perencanaan yang kita susun bersama.

Semuanya baik-baik saja.

Aku menyayanginya dan keluarganya.Keluarga gadis ini menjadi keluarga kedua untukku.
Sampai pada masa yang sangat memukul,saat ayahnya meninggal.
saat dimana aku ingat itu sedang masa ujian untuknya.
Aku terpukul mendengar suara tangis yang menderu dari ponsel.
tentunya aku bergegas kesana,rasanya tak percaya.
tubuhnya lunglai lengkap dengan air mata yang harus selalu ia bentengi dengan kuat karena dia sosok anak pertama.Tapi selalu jatuh,air mata itu tak dapat di sembunyikan.

Ayahnya di makamkan di jogja.
Saat itu aku tanpa ijin ke ibu,aku mengikutkan diri ke jogja.
tapi sempat aneh.
Aku sempat tertinggal rombongan.Niatku hampir saja dipatahkan hanya karena bis sudah berjalan.
pikirku,aku pulang saja.
Tapi saat langkahku pulang,tau-tau ada bis yang datang.
bis itu kembali karena ada barang yg tertinggal.

Iya,aku tau.Aku harus ikut.untuk setidaknya menjadi tempatnya untuk memeluk.

Masa kuliah,kami satu fakultas.
Hanya saja keadaan ini menjadi area yang sangat sulit dikendalikan.
Pada mulanya pertemuan kami seperti biasa lalu menjadi sangat jarang.

Hingga ada masa dimana semuanya membeludak.

Kami perang ego hebat.
Semuanya sudah menumpuk.
Kami sama -sama menangis.
Kami sama-sama memeluk.
Di beranda rumahku pada suatu malam.

bahkan saat dia pulang,di depan pagar kami sempat memeluk lagi.

Tapi ini menjadi area yang tidak biasa.

Sehabis kejadian di malam itu,persahabatan kami beku.

Tak pernah bertemu-sama-sekali.
Mengirimkan pesanpun tidak.
Menjadi suatu hal yang kompleks.

Aku sungguh tak paham ada di posisi itu.
Aku bingung harus mengawali darimana untuk mencairkan semua.
Aku hanya bisa mengadu pada Tuhan atas apa yg sedang terjadi.
jauh di dalam hatiku,aku menyayanginya dan berpesan pada Tuhan untuk ia selalu di jaga.Termasuk dengan lelakinya itu.
suatu hari aku yakin,kami akan bertemu dengan kondisi yang lebih baik.

Hingga hari ini datang,18 Februari 2014
Entah sudah berapa bulan atau mungkin sudah ada satu tahunan?

Aku ke suatu tempat untuk membeli minuman greentea latte favorit.
Saat aku melirik ke arah eskalator dari lantai dua yang menuju ke lantai tempatku membeli minum,
Ada sosok yang ku kenali.
Dengan sedikit mengecilkan mata karna sedikit tidak jelas,aku mengenalinya.
Iya itu dia.
Bersama sosok yang selalu ku doakan untuk selalu mencintai gadis berkerudungku.

Setibanya di lantaiku,kami memberikan pelukan.
tak peduli itu tempat umum.
Aku hanya ingin memeluknya dan mendaratkan maaf di telinganya.
Sosok lelakinya pun tak heran,memang dia tau benar seaneh apa kita berdua.

Dengan ucapan maaf yang kuucapkan dengan sungguh dan pelukan itu,semuanya mencair.
Kami bercakap sembari berdiri.
Aku senang sangat senang terlebih lagi sosok lelaki yang menjaganya masih sama.
Sempat kuucapkan pada lelakinya untuk segera memapankan diri dan teruslah bersama hingga menua bersama gadis kerudungku.

Terlepas dari apapun yang terjadi malam ini.
Tentang pertemuan yang terjadi atas campur tangan Tuhan,
Tentang percakapan yang saling bilang "kamu kurusan|kamu juga"
Tentang percakapan "aku ketemu adikmu di cafe dekat rumahku" yang ku ucapkan.
Tentang setangkup pelukan dan sepatah kata "maaf"


Aku tau,kamu bagian yang sempat hilang yang tak boleh hilang lagi.
"Aku masih bagian yang menyayangimu,darl"











Tidak ada komentar:

Posting Komentar