Rabu, 19 Juli 2017

Selamat Jalan Eyang Imran

Halo pembaca blog.
Sudah lama saya ga ngeblog dan kali ini saya mau berbagi cerita yang sebenarnya ingin saya tuliskan di blog sejak dulu. Namun baru sempat saya bagikan sekarang dan ternyata momennya lebih mengena lagi kepada saya.

Bagi teman-teman yang berkawan dengan saya via instagram juga, mungkin sudah tau bahwa tiga hari lalu kakek saya meninggal dunia.
 Sebenarnya ini bukan kakek kandung ( kakek dan nenek kandung saya dari ibu, sudah lama tiada. Saya bahkan hanya tau dari foto saja wajah almarhum kakek kandung saya yang beragama katolik, sedangkan nenek kandung saya ( islam) meninggal saat saya masih usia 5 tahun.), yang meninggal 3 hari lalu adalah suami dari tante ibu saya.

Namun pasangan suami istri ini sangat dekat sekali dengan kami. Saya sudah menganggap almarhum eyang Imran dan eyang In seperti kakek dan nenek saya kandung. Setiap kami sekeluarga dari Semarang datang ke Jakarta, pasti tujuan pertama kami adalah berkunjung ke beliau. Maklum, eyang In ( nenek) sangat sayang kepada ibu saya. Selalu bilang," Nenek kamu ( kakak dari eyang In) itu cantik sama kayak ibumu dan kamu"- ini adalah kalimat yang sering eyang In ucapkan selain kata " terima kasih" dan " kalimat-kalimat positif tentang kehidupan sesederhana: Jangan pernah bilang tidak tapi bilang saja belum"

Jadi itu saja pembukanya, saya lanjutkan ke cerita utama:
Secara pribadi saya sangat mengagumi pasangan suami istri ini. Di usia mereka yang semakin menua, justru semakin memperlihatkan pada saya bahwa kasih sayang itu bersifat abadi. Almarhum Eyang Imran berusia lebih muda enam tahun dari eyang In. Setau saya eyang Imran adalah murid dari Eyang In ( eyang In seorang dosen) entah bagaimana asal muasal cinta itu muncul dan memutuskan untuk hidup bersama.
Sebagai seorang lelaki, eyang Imran terbilang sangat sukses. Memiliki semua hal yang menjadi 'godaan' lelaki dan  usianya yang lebih muda pun tak membuat cinta dan kasih sayangnya kepada eyang In memudar oleh waktu.

Saya masih ingat saat eyang Imran selalu mengantarkan eyang In yang saat itu harus berobat ke Semarang. Bolak balik Jakarta- Semarang ditemani satu asisten rumah tangga. Namun bukan berarti semua hal itu dilakukan oleh asisten rumah tangganya, asisten rumah tangga ini hanya bersifat mendampingi mereka yang usianya sepuh. Namun semua hal yang berkaitan dengan pengobatan serta menunggu itu dilakukan oleh eyang Imran. Saya sangat melihat bagaimana kasih sayang itu melekat terus di hati dan tindakan eyang Imran.

Tak hanya itu: salah satu momen manis yang saya ingat betul adalah saat kami sekeluarga beserta kedua eyang saya ini makan malam.
Eyang Imran selalu menyendokkan nasi untuk eyang In ( padahal yang biasa terjadi adalah wanita yang menyendokkan nasi ke piring suami kan?) dan itu pun eyang mengerti berapa takarannya dan selalu diakhiri dengan kalimat manis " Terima kasih" dari eyang In. Ini manis sekali :)

Sebenarnya kedua eyang ini seperti saling gantian masa sakitnya. Namun saat eyang Imran sakit, eyang Imran sangat tak mau terlihat sakit. Eyang Imran terkena penyakit kanker usus dan menyebabkan selama eyang di rumah, eyang harus membawa kantong kemana-mana ( kantong tersebut berisi kotoran sisa pencernaan karena eyang sudah tidak bsia juga untuk mengeluarkan sisa pencernaan seperti orang normal), dan yang saya salut dari almarhum adalah setiap ada acara silahturahmi sejauh apapun dengan kondisi demikian pun, beliau selalu datang.

Kondisi eyang Imran memburuk beberapa hari sebelum lebaran. Harus berbaring di rumah sakit. Tepat setelah lebaran, kami sekeluarga tau dan pada saat itu bapak, ibu, dan adik saya masih di Bandung dan saya sudah di Jakarta: keluarga saya langsung siang itu juga beli tiket kereta untuk berangkat ke Jakarta- saya pun masuk kerja ijin hanya setengah hari. Pada saat kami menjenguk, eyang masih bisa bicara dan memang saat itu hanya kami dan dua orang lagi yang menjaga eyang di rumah sakit. Dan eyang Imran dengan kondisi terbata mengucapkan kalimat sembari berbaring di tempat tidurnya, menjabat tangan kami berempat satu-satu.
Eyang Imran hanya mengucapkan " Terima kasih sudah datang"- kami sangat menyayangi almarhum :")

Saat awal masuk rumah sakit, eyang In tidak diberi tau bahwa suaminya ini sedang berjuang melawan rasa sakitnya. Sampai akhirnya insting seorang istri dan upaya dari anak-anaknya yang sudah tidak lagi ingin menyembunyikan keadaan, entah bagaimana caranya akhirnya eyang In tau.
Bahkan saat eyang In mimpi kedatangan eyang Imran, Eyang In sempat bilang," Bolehkah saya ijin menangis sebentar saja. Saya habis ketemu bapak"- ngilu mendengar itu.
lalu air matanya tumpah.


 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------
  Sekitar pukul 12.00 di hari Senin, saya mendapat kabar bahwa eyang Imran meninggal. Saat tau berita itu, saya yang masih mengerjakan tugas kantor langsung menangis di tempat. Saya memang terlalu cengeng. Dan saya langsung minta ijin. Perjalanan saya dari kantor di bintaro sampai ke rumah eyang benar-benar diburu waktu karena saya mendapat kabar dari pakde bahwa almarhum diberangkatkan ke kerawang pukul 14.00 sedangkan saya baru jalan dari kantor sekitar 12.30.
Saya harus naik ojek-KRL-pindah transit-KRL lagi-ojek. Saya di dalam hati hanya bilang " Eyang Imran, tunggu saya dulu"- dan saat sampai di rumah eyang...pemandangan pertama yang saya dapati adalah: ruangan tamu dengan dinding putih itu, keranda yang sudah berisi eyang Imran, dan eyang In duduk di kursi- tidak jauh dari keranda.
Saya bukan lagi sedih karena kehilangan eyang Imran, melainkan saya juga sedih melihat eyang In yang harus ditinggal terlebih dahulu oleh suaminya ( saya tau, hidup selalu memiliki porsi untuk kehilangan namun saat kondisi itu mendatangi saya: saya memang selalu menangis. secengeng itu saya)
Saya hanya memeluk eyang In yang tampak sangat tegar dibalutan mukena.

Perjalanan ke pemakaman ( San Diego Hills di Kerawang) sangat lancar. Sesampainya disana, saya menuntut langkah eyang dari keluar mobil hingga duduk di prosesi pemakaman.





Saat itu eyang tidak mau pakai kursi roda sehingga setiap langkah bersamanya saya hanya menerka," Bagaimana perasaan eyang saat ini?"- Langkahnya yang pelan-pelan membuat saya mengeratkan jemari semakin erat dan sesekali saya melihat genggaman tangan eyang dan raut mukanya.

Saya memegang jemari eyang lagi karena beliau ingin maju mendekat ke liang kubur ketika jenazah eyang Imran sudah pada tahap diletakkan di dalam tanah dan akan di adzankan oleh anaknya.



 Hati saya ngilu hebat saat langkah semakin dekat-saya menangis.
Kasih sayang dan cinta antara mereka berdua terngiang di kepala saya.
Saat itu saya benar-benar melihat bahwa " cinta terlalu lemah jika berpisah hanya karena tak dapat membendung ego satu sama lain, karena sejatinya yang mampu memisahkan hanya satu: maut".



Salah satu anaknya mendekat kepada eyang In:
" Bagaimana bu, sudah mau pulang?"
Eyang In diam beberapa saat
" Iya.."
"Ibu sudah ikhlas?"
"Saya Ikhlas..."- ucap eyang sembari terbata. Kalimat sederhana itu membuat saya menarik nafas panjang.
--------------------------------------------------------
Cinta mereka berdua terlalu manis untuk saya. Bagaimana saya melihat bahwa lelaki memang harus memiliki porsi lebih dalam mencintai perempuannya. Karena porsi lebih itu akan membawa lelaki untuk menanggulangi godaannya. Karena godaan lelaki lebih berat daripada perempuan ( harta, tahta, dan wanita)  dan dari ketiga godaan tersebut yang paling berbahaya adalah wanita.
Jika urusan harta dan tahta ternoda, hanya malu dan sanksi sosial yang akan di dapat namun jika sudah sampai pada wanita lain: hancur pernikahan.

Harus mampu memposisikan pasangan hidupnya sebagai salah satu tujuan hidup: untuk saling menerima secara utuh, menyayangi, menguatkan, dan memaafkan seumur hidup.

Dan saya lihat itu dari sosok almarhum. Walaupun usianya lebih muda 6 tahun dengan segalanya yg ia miliki, ia tetap setia dan menyayangi sampai maut memisahkan.

Pertemukan kembali mereka ya Allah. Jodohkanlah mereka sebagai pasangan dunia dan akhirat.
Amin.





1 komentar:

  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah aku bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259

    BalasHapus