Rabu, 29 April 2015

Sepatu Kiri

Pada sore yang mulai tertunduk malu oleh hadirnya malam yang menyampaikan kerinduan dengan caranya sendiri.
Mungkin benar,rindu tak harus dirayakan berpasangan.
Seperti halnya sepatu kiri.
Dia masih memiliki keutuhan lengkap tapi mungkin tak begitu dengan rasa.
Ada kalanya merayakan rindu sendirian tak karuan.Disekap bayang-bayang yang muncul bertubi.Datang dengan semilir angin kenangan.
Mencekik perlahan.
Mengisi seluruh ruang kepala.
Menanyakan pada diri,"Bagaimana kabar si Kanan?".
Lalu dengan siapa dia sekarang jika bukanlah aku pasangannya?
Terlebih lagi ada jarak yang menjuntai.

si Kiri hanya bisa merayakan kesepiannya dengan menatap diri dan ruang kosong menjadi saksi.
Mungkin benar,dia harus mencari sosok kanan yang lain.
Mungkin bukan dia 
yang selama ini ia perjuangkan dengan ketulusan.
Yang menjadi tujuan setiap doa.
Atau mungkin ia hanya perlu bersabar,
Bukankah setiap doa akan dijawab?

Dan saat itu pula sepatu kiri sadar,ia hanyalah bagian yang di gerakkan oleh kaki manusia.
Yang tak sepenuhnya utuh,
Terkadang pun runtuh.

#RabuMenulis



2 komentar:

  1. Dalem banget puisinya, jadi inget lagu Tulus - Sepatu. :))

    BalasHapus
  2. Hehe memang itu yang ada di kepalaku.
    Terima kasih sudah berkunjung Fahira :)

    BalasHapus